Rabu, 28 Desember 2011

LUPUS (sepeda iwel-wel sendiri lagi )

   Lupus punya temen yang suka naik sepeda sendirian. Namanya Iwel-wel. Dia pindahan dari Sumbar, alias Padang, dan baru tiga bulan tinggal di dekat rumah Lupus. Anaknya memang agak pendiam, tapi doyan humor juga. Pernah suatu kali dia cerita soal kebiasaan dirinya yang suka ter;ambat masuk ke sekolah. Ia pernah ditegur gurunya. Tapi ia menjawab, "tapi, pak, saya selalu membalasnya denagn pulang sekolah lebih cepat".
   Lupus tersenyum. Yah, lumayan, katanya dalam hati. Tapi ebetulnya Lupus udah pernah dengar cerita itu. Terus Iwel juga pernah cerita pengalamannya ditraktir pamannya makan di restoran Itali sama bapak dan emaknya.
   "Nah, bapak embaca daftar menu yang berbahasa Itali, terus bapak saya pesen Spadotti kretingimi. Eh, pelayannya bilang nggak bisa ! bapak saya ngotot ! karena bapak saya gak mau dianggap remeh dan dia mampu membayar pakai uang sendiri meskipun makanan itu mahal.Tapi pelayanan tetep bilang g' bisa. Terus bapak saya tanya, 'kenapa g' bisa ?' lalu jawaban si pelayanan, 'soalnya spadotti keretingimi itu nama pemilik restoran ini, dan beliau sekarang sedang sibuk di dapur !' bapak saya langsung tersipu malu'.
   Abis itu Iwel melanjutkan ceritanya.
''Terus pernah adik saya datang ke tukang pisang sambil membawa kulit pisang. Si penjual bertanya , 'mau beli lagi?' kata adik saya, 'enggak, tadi pisangnya jatoh, boleh g' minta isinya lagi?'. Lupus lagi2 tersenyum. Tapi yang kemudian jadi perhatian Lupus bukanlah humor2 Iwel-wel yang mulai berkembang, melainkan kebiasaan Iwel-wel yang suka bersepeda sendirian itu. Padahal Lupus dan Pepno juga suka bersepeda, tapi Iwel-wel g' pernah diajak mau gabung.
   Berkali-kali merea mengajak, "Iwel-wel, kita main sepeda sama2 yuk?"
   "Ah, nggak ah..," ujar Iwel-wel menhindar. Biasanya anak itu selalu mau kalo diajakin main sepeda.
   "Kamu ko setiap saya ajak main sepeda sama2 selalu nolak, kenapa sih ? " Lupus jadi pengen tahu.
   "Ah, ndak kenapo2 koak." Iwel-wel masih menutupi.
   "Apaan tuh, 'koak'?" tanya Lupus.
   " 'koak' itu maksudnya 'kok'. Cuma karena saya dari sumbar yha jadinya koak-lah!"
   Itulah yang bikin aneh. Dan akibatnya LUpus penasaran. Besoknya dia tanya lagi sama Iwel-wel. Kali ini Lupus nanyanya dengan serius.
   "Jujurlah, Wel, kenapa sih kamu selalu mengindar kalau saya ajak main sepeda bareng ? kan enka kita muter2 kompleks sama2," kata Lupus. "Ayolah, Wel, jawab dengan jujur, jangan sampe saya minta bantuan pihak berwajib nih...."
   Iwel jadi g' enak sama Lupus, dan akhirnya dia ngaku juga.
   "Begini, Pus, "ujar Iwel-wel sambil mengatur nafasnya, lalu mengeluarkan bahasa aslinya. Sapeda punya saya itu khan sapeda mini biaso, bukan federal seperti punya kamu!"
   "Oh, jadi itu sebabnya ?" Lupus membelalak. "Ya ampun, Iwel, masa cuma gara2 begitu aja kamu g' mau ngiter2 bareng kita?"
   "Iyolah, kan malu, Pus, basapeda samo2, tapi sepeda awak ndak samo jho kalian!" tegas Iwel-wel.
   "Aduuuh, sebetulnya kamu g'perlu malu, Wel!" ujar Lupus.
   "Engggak bisa, Pus, aku aku harus malu dong!" tukas Iwel-wel lagi.
   Tapi apakah Iwel-wel tidak ingin bersepeda bersama-sama dengan Lupus dan teman-temannya? Tentu saja kepingin! Sepeda yang suka dinaiki Iwel-wel memang sepeda mini biasa yang ia bawa dari kampungnya. Sepeda itu memang sudah ketinggalan zaman! dan sebetulnya sudah cukup lama juga Iwel-wel merengek -rengek minta dibelikan sepeda seperti yang dimilki anak2 zaman sekarang.
   "Iyo, mak, belikanlah Iwel-wel sepeda seperti yang dipakai anak2 sekarang! Sepeda mini sudah ketinggalan zaman. Mana bisa Iwel-wel bersepeda bersama mereka! Iwel-wel malu!"
   "Tapi kan sepeda kamu itu masih bisa jalan. Apa salahnya sih!"
   "Iya, tak ada salahnya, tapi Iwel-wel merasa malu aja! Merasa minder!"
   Besok sorenya Lupus masih berharap semoga Iwel-wel tak bersepeda sendiri lagi. Lupus dan kawan2 sudah coba memaklumi Iwel yang cuma bersepeda mini biasa, tapi Iwel-wel tetap saja menolak.
   Ah, ndaklah, Pus. Iwel-wel mau pulang ja!" Iwel-wel langsung mengenjot sepedanya pulang.
   Di rumah Iwel-wel membanting sepedanya. Ia merasa sebal dengan sepedanya itu.
   "Iwel-wel, sabar dikit. Nanti bapakmu akan belikan sepeda bagus buat kamu!" tegas emak Iwel-wel yang buak uasaha ruamh makan Padang di daerah Slipi.
   "Iwel-wel sudah bersabar tapi masih juga belum dibelikan sepeda yang bagus. Iwel-wel malu main sepeda bersama teman2, mak. Malu, Mak. Mak, Malu!"
   Tapi besoknya, Waktu Lupus lagi asyik melap sepeda di teras rumahnya, tiba2 ada suara yang memanggil namanya.
   "Lupuuuuuuuss! Kita main sepeda yuuukk!"
   "Seperti suara Iwel-wel tuh," tebak Lupus. "Barangkali Iwel-wel sudah insaf dan ia tidak minder lagi untuk bermain sepeda bersama-sama," ujar Lupus sembari menyongsong suara yang memanggilnya itu. Ia meletakkan kain pel ke daalm ember kecil. Mencucui tangan d keran dan keluar  untuk menemui Iwel-wel. Tapi apa yang terjadi? Lupus kaget banget.
   "Lupus, ayo kita main sepeda sama2!" teriak Iwel-wel denagn penuh semangat.
   Oh, eh, i-tu sepeda siapa, Wel?" tanya Lupus tebata-bata seraya menunjuk ke sepeda yang dinaiki Iwel.
   "Sepeda saya, baru dibeikan sama bapak tadi! ayo Lupus, kita main sepeda sama2. Sekarang saya tak malu lagi!" tukasya riang.
   "T-tapi, t-tapi,Wel..," Lupu tak meneruskan kata2nya, "t-tapi saya sakit perut, Wel. Iya, tiba2 perut saya melilit nih. K-kamu ke rumah pepno aja deh.
   Iwel-wel sedih mendengar Lupus g' bisa menemaninya bersepeda, tapi di pasrah dan akhirnya ke rumah Pepno. Ternyata Pepno juga begitu. Ia kaget melihat sepeda Iwel-wel. Dan buntut-buntutnya Pepno juga pura2 pusing. "I-iya, Wel tiba2 saya pusing..."
   Akhirnya Iwel-wel sendiri lagi bersepeda. Dan ketika ia kembali, emaknya bertanya pada Iwel-wel. "Kalau sudah dibelikan sepeda bagus, kok kamu masih bermain sepeda sendiri. Mana kawan2 mu?"
  
  "Entah, mak, mereka tiba2 pada sakit semua!" sungut iwel-wel. "Yang satu sakit perut, Satunya lagi pusiamg!"
   "ya, sudahlah..". kata emak Iwel-wel."
   "Besok kan bisa."
    Sementara di rumah Lupus telepon langsung berdering.
   "Asalamualikum! Lupus, ya ? ini Pepno
   "Eh, walaikumsallam, Pep. kamu g' main sepeda sama Iwel-wel ?" tanya Lupus.
  
   "Gila, Pus, mana berani? sepeda dia hebat banget. Mountain Bike! catnya metalik! setangnya bisa disetel !   bannya radial. Remnya cakram! Peleknya mengilat! Sarung joknya kulit asli! Wah, minder saya Pus!"
    'Wah, kalau begitu sama, Pep. Saya jiga mindermain sepeda sama dia?"
     "Jadi gimana, Pus?"
   "Ya, enggak gimana2."
   "Tapi kasihan Iwel-wel ya?"
   Iya, waktu sepedanya butut dia main sendirian, tapi begitu sepedanya  canggih dia juga sendirian...."
   Heheehe, serba salah yha...?"



   
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar